Pertama kali kenal suplemen bernama Vermint adalah saat saya harus opname karena diduga kena gejala tipus, tahun 2016 lalu. Beberapa hari sebelum disuruh opname sama dokter, saya merasakan demam selama 3 hari lebih disertai pusing dan lemas. Tidak mual atau muntah, cuma lemas dan pusingnya itu yang bikin tak tahan dan akhirnya ke dokter.
Sama dokter langsung disuruh opname. Mungkin karena lihat kondisi yang lemas itu. Lalu dicek darah lengkap dan beberapa tes lain. Hasilnya, angka tes untuk tipus ternyata tinggi. Kata dokter harusnya skor yang diperiksa itu angkanya dibawah 2, saya di angka 6 kalau tak salah ingat. Jadilah harus bed rest total di RS.
Selama di RS saya makan banyak karena tidak mual atau muntah. Tapi tetap diinfus cairan. Nah saat itu salah satu tante saya datang membesuk. Beliau cerita tentang suplemen yang biasa diminum oleh teman beliau karena pernah menderita tipus juga. Nama suplemennnya Vermint.
Tanteku yang baik hati dan tidak pelit itu juga langsung sudah membawakan si Vermint itu buat saya.Katanya Vermint ini bikin temannya jadi tidak gampang lemas dan demam. Diminum saat dirumah sakit dan bersama obat dokter juga tak apa.
Kalau dilihat dari keterangan di kemasan Vermint tertulis isinya adalah Lumbricus Rubellus ekstrak 250mg. Obat menurunkan panas atau demam. Harus ke dokter kalau panas berlanjut lebih dari 3 hari. Brosur di dalam kotak Vermint juga menjelaskan panjang lebar soal kegunaan lain dari Vermint yakni anti bakteri, mencegah stroke dan buat menjaga badan tetap fit karena kandungan proteinnya yang tinggi.
Karena itu pertama kalinya saya dengar tentang suplemen bernama Vermint ini, saya langsung dong cek tentang bahan yang terkandung dalam Vermint itu ke mbah google. Namanya juga orang kepo. Ternyata ada beberapa studi mengenai kegunaan dari si Lumbricus Rubellus alias cacing tanah.
Secara tradisional di Cina, Korea dan juga di Indonesia si Lumbricus Rubellus ini memang sudah dipakai untuk pengobatan demam dan gejala tipes. Caranya dengan mencuci bersih cacing tanah lantas direbus dan airnya diminum.
Nah Vermint ini adalah Lumbricus Rubellus yang sudah diekstrak dan dimasukan ke kapsul. Saya juga menemukan review beberapa orang tentang pengalaman mereka dan keluarga pakai si Vermint itu ketika menderita tipes, gejala tipes, demam, atau sekedar menjaga kondisi tetap bugar.
Karena membaca data dari reivew beberapa emak-emak di blog dan di obrolan di kaskus, akhirnya saya jadi agak percaya dan tertarik untuk coba minum Vermint. Buat jaga-jaga, sengaja saya minumnya dijedain sama obat dokter.
Malam hari minum 2 kapsul sebelum tidur. Saya ingat betul malam itu tidur saya cukup pulas. Biasanya saya suka bergadang nonton TV pas di RS. Pas itu saya entah kenapa mengantuk dan akhirnya tidur lebih cepat dan nyenyak dari biasanya. Tahu-tahu sudah pagi saja.
Pagi itu juga saya jadi makan lebih banyak lagi. Dan pusing serta lemasnya berkurang. Mungkin itu pengaruh tidur yang cukup. Mungkin pengaruh obat dokter. Mungkin karena Vermint. Mungkin juga gabungan ketiganya. Sebenarnya dokter pas itu agak heran kenapa saya tidak selemas sebelumnya. Tapi dibilang mungkin sayanya saja yang tipe cuek sampai tidak merasakan penyakit. Entahlah.
Singkat kata selama seminggu opname, saya akhirnya boleh pulang. Sejak saat itu saya selalu sediakan Vermint di rumah. Di tas saya juga ada. Kemana-mana saya bawa, terutama ketika bepergian keluar kota liburan pasti saya jadikan bekal.
Kebiasaan bawa Vermint ini ternyata berguna karena pernah suatu saat, seusai liburan ke Anyer, anak saya tiba-tiba panas tinggi sampai menggigil ketika dalam perjalanan pulang ke rumah. Dia juga bilang mual. Karena sudah bawa Vermint, saya tidak terlalu panik. Saya minumkan Vermint saja dan banyak air putih sambil meneruskan perjalanan.
Lumayan panasnya agak turun meski masih hangat. Menggigilnya juga sudah hilang dan pusing serta mualnya juga sudah berkurang hingga dalam perjalanan pulang ke rumah ia lebih nyaman.
Lalu pernah juga suatu saat pak swami yang katanya lemas, pusing kleyengan. Mungkin lelah dan kurang istirahat. Karena sering dengar obrolan saya tentang Vermint, pak swami minta mencoba minum Vermint. Eh ternyata cukup cocok. Katanya kleyengannya jadi hilang.
Keluarga saya yang lain juga akhirnya sering saya bawakan Vermint kalau ada yang demam atau sakit dan lemas karena terlalu banyak aktifitas dan kurang istirahat. Vermint ini diminum tiap hari tidak apa-apa. Anak-anakpun boleh minum, ada dosisnya pada kemasan. Dosisnya berbeda untuk anak dan orang dewasa.
Meski dalam brosurnya Vermint menyatakan ada banyak kegunaan, termasuk bisa memperlambat proses pembekuan darah, mencegah stroke, bahkan mencegah gangguan lambung. Namun paling sering kami pakai Vermint adalah sebagai suplemen untuk menjaga tubuh tetap fit ketika sedang banyak aktifitas atau membantu menurunkan demam.
Eh belakangan saat pandemi terjadi, teman-teman saya beberapa orang ternyata juga langsung stock suplemen sejenis ini. Tidak semua pakai yang Vermint merknya, namun kandungannya sama yakni Lumbricus Rubellus.
Situasi pandemi ditambah musim pancaroba dimana hujan turun deras lalu panas lantas hujan lagi, bikin kondisi psikis mudah stress dan tubuh terasa jadi kurang fit, sehingga orang mencari suplemen yang relatif alami sebagai penambah daya tahan tubuh. Mungkin banyak juga lantas ingin stock sebagai obat penurun panas atau demam.
Yang lucu, ada juga teman saya yang bilang, " ohh jadi Vermint tu obat cacing ya? kalau anak kurus susah makan seperti cacingan berarti bisa dikasih Vermint aja?" Dikira Vermint ini obat cacing dalam artian buat mengobati cacingan. Bukan ya bu ibuu. Vermint itu kadang disebut obat cacing karena bahan kandungannya yaitu cacing tanah Lumbricus Rubellus. Tapi khasiat utamanya adalah suplemen penurun panas yang saya ceritakan diatas.
Posting Komentar
Posting Komentar