Belakangan nama Hutan Kota GBK banyak dibahas di media sosial maupun media mainstream. Pada foto-foto Hutan Kota yang berseliweran, pengunjung tak sekedar olahraga, ada juga yang piknik cantik. Ada yang hunting foto. Ada yang kencan. Asyiklah pokoknya. Review suasana Hutan Kota GBK yang seru di media sosial bikin saya penasaran.
Bukan apa-apa, puluhan tahun hidup di Jakarta Selatan, bahkan dengan kantor yang jaraknya cuma beberapa ratus meter dari kompleks Gelora Bung Karno, saya malah jarang banget pergi ke GBK. Barangkali seumur saya menetap di Jakarta, volume berkunjung ke GBK ini bisa dihitung dengan banyak seluruh jari-jari saya saja. Miris ya.
Saya mulai agak sering datang ke GBK setelah ada ajang olahraga Asian Games tahun 2018 lalu. Karena ramai banget beritanya dan kebetulan dekat kantor, akhirnya beberapa kali saya menyempatkan diri ke GBk meski tak nonton langsung pertandingan. Tapi ikut seru-seruan nonton ramai-ramai lewat layar besar diluar lokasi pertandingan.
Setelah Asian Games berakhir, saya jarang lagi ke GBK. Baru tahun 2021 ini saya beberapa kali ke GBK. Terutama karena tergoda dengan pemberitaan dan riuhnya review tentang Hutan Kota GBK yang viral itu.
Jadi suatu Sabtu sore awal mei lalu, kami sekeluarga ramai-ramai ke GBK. Cari Hutan Kota yang terkenal itu. Dalam bayangan kami namanya Hutan Kota pastilah luas dan banyak pohon selain hamparan rumput.
Ternyata sampai disana, lokasi yang bisa dimasuki gratis itu tidak terlalu luas ya. Pohonnya juga sedikit. Memang tempat yang berumput cukup luas dan ada bangku-bangku tempat duduk dengan jarak yang lega dan ada juga yang di ketinggian semacam di bukit. Tapi pohonnya sedikit.
Eh tapi ada bagian yang banyak bunga-bunga mawar marah yang sedang mekar sore itu di Hutan Kota GBK. Jadi cukup indah. Makin saat suasana mulai temaram dan lampu-lampu gedung menyala, ternyata memang bagus pemandangannya. Yang suka foto-foto pasti langsung ingin foto narsis disini.
Sayang tak lama kemudian penjaga di Hutan Kota mengumumkan kalau waktu berkunjung sudah habis. Kami dan para pengunjung lain dipersilahkan angkat kaki hehe. Rupanya jam 6 sore sudah harus dikosongkan Hutan Kota Ini.
Masih penasaran dengan kawasan hijau di GBK, akhirnya kami menjadwalkan kunjungan ke GBK lagi. Pekan berikutnya kami ramai-ramai datang ke taman yang ada di dekat lapangan base ball GBK.
Jadi bagian taman GBK yang terletak di depan lapangan oft ball atau base ball ini juga dekat dengan pintu masuk stadion GBK. Kalau dari luar GBK, lebih mudah masuknya dari pintu 5. Nanti ketemu patung Bung Karno. Di belakang sebelah kanan patung itulah tamannya.
Taman ini cukup luas. Waktu masuk ke dalamnya, suasana asri langsung terasa. Hijau pepohonan rindang, cericip suara burung dan kupu-kupu yang beterbangan langsung bikin saya betah seketika. Saat saya jalan-jalan beberapa burung terbang dekat dengan saya tanpa takut.
Senaaaang banget saya. Rasanya seperti jalan-jalan di hutan apalagi kalau suara mobil atau motor tak banyak terdengar.
Waktu kami datang itu suasana cukup sepi di taman. Orang-orang lebih banyak yang olahraga di dekat stadion GBK. Jadi kami bisa main bulu tangkis dengan nyaman karena tak banyak orang lewat. Rindangnya pepohonan juga bikin kami tak cepat kepanasan.
Di beberapa titik ada kursi beton, jadi bisa duduk-duduk kalau lelah jalan atau jogging disini. Anak-anak bisa skuteran disini, tapi jalur jalannya tak terlalu mulus sih, agak berbatu atau bergerunjal. Sepeda tidak diperbolehkan didalam sini.
Didepan taman ada jejeran sepeda yang bisa dipinjam. Kata temen saya yang udah pernah pinjam, per sepeda dihargai 30 ribu perjam. Boleh dibawa kemana saja asal sejam kemudian dikembalikan lagi ke tempat mengambil. Asyik juga. Jadi tak perlu bawa sepeda sendiri kalau mau sepedaan di GBK.
Pekan berikutnya lagi, kami kembali ke GBK. Kali ini mau menjelajah stadion bagian dalam. Ikut lari atau jogging seperti kaum sporty yang olahraga disitu. Tapi pas datang, ternyata suasana ramai sekali. Banyak banget orang lari di bagian dalam halam an stadion dan bagian luar.
Akhirnya kami melipir, cuma memutari bagian luar stadion saja. Dan saat itu saya baru sadar kalau ternyata sekeliling stadion itu ada beberapa taman yang rindang dan hijau. Bukan cuma taman yang di depan lapangan softball itu.
Juga ada beberapa kedai di sekitar jogging track yang memutari stadion GBK. Tapi kedai-kedai itu juga ramai. Karena masih pandemi kami memutuskan tak ngemil disitu. Hanya beli air mineral saja di pedagang kaki lima.
Jadi akhirnya saya baru mengerti kenapa banyak teman saya suka bela-belain olahraga ke GBK. Suasananya memang mendukung untuk semangat olahraga. Kalau yang suka suasana rindang seperti saya, bisa memilih olahraga taman-taman di sekeliling stadion.
Semuanya ada jalur untuk lari dan dipenuhi pepohonan hijau, yang bisa bikin lupa kalau kita sedang ada di tengah-tengah kota Jakarta, yang biasanya sumpek dengan asap kendaraan.
Jadi sebenarnya saya jarang ke GBK bukan karena saya tak suka GBK. Tapi tempat tinggal saya dekat banget dengan beberapa taman, termasuk Taman Honda Tebet, yang luas dan rindang. Jadi kalau sekedar ingin olahraga atau duduk-duduk dengan suasana taman atau “hutan”, saya biasanya jalan kaki ke taman Tebet saja.
Cuma taman hutan Tebet dan taman Honda di Tebet sekarang sedang ditutup sementara karena direnovasi menjadi ecogarden. Meski ada beberapa taman lain di sekitarnya, namun tak sebesar kedua taman yang saya sebutkan tadi.
Akhirnya saya harus cari lokasi baru untuk main-main dan olahraga. Taman di sekitar GBK sepertinya bisa jadi lokasi favorit saya selama menunggu ecogarden Tebet selesai dibangun.
Posting Komentar
Posting Komentar