Nasi bunga telang |
Saya tak sengaja menemukan salah satu foto Mandira’s Garden
saat ‘jalan-jalan’ alias berselancar di Instagram. Foto rumah kecil berpintu merah dengan taman hijau rimbun dan bunga warna warni, menarik saya untuk
menjelajah lebih lama di laman instagram tersebut.
Ternyata rumah berpintu merah itu hanyalah bagian kecil dari kafe Mandira’s Garden. Ada ruang makan di dalam bangunan rumah besar yang jadi kafe sekaligus toko.
Ada juga
bangku-bangku dan meja kayu di ruang terbuka, dengan aksen kursi meja besi merah
menyala di tengah-tengahnya.
Cantiknya foto instagram membuat saya penasaran. Begitu ada kesempatan, saya membawa rombongan keluarga pergi ke kafe di Kemang ini. Oya, restoran kafe dengan konsep from farm to table ini hanya bisa didatangi dengan perjanjian, karena pengunjungnya dibatasi perhari. Jadi sebelum datang, harus resevasi dulu via Whatsapp.
Dari
jalan raya nama kafe ini tak terlalu terlihat. Hanya tulisan sederhana di tembok
putih. Kami sempat terlewat dan harus putar balik.
Halamannya yang cukup luas untuk parkir mobil membuat
tulisan di dinding nyaris tak terbaca dari jalan raya. Turun dari mobil di parkiran,
lalu masuk ke halaman depan, ada beberapa bangku dan meja kayu di sekitar sebuah
taman kecil. Mata saya jelalatan mencari pemandangan seperti yang ada di foto instagram
Mandira’s Garden. Tapi kog, ga ada?
Kami baru saja duduk di bangku-bangku tersebut, ketika
seorang staf buru-buru menghampiri. Ia memberitahu bahwa kafe yang kami maksud
ada di halaman dalam. “ Masuk lewat pintu kecil itu mbak”, katanya menunjuk
sebuah pintu kayu kecil.
Bergegas kami pindah ke arah yang ditunjuk. Melewati pagar
berpintu kecil itu barulah saya mengenali bangku-bangku kayu dengan aksen
bangku meja besi merah menyala dari foto. Rumah kecil berpintu merah dengan taman rimbun yang membuat saya penasaran, ada sebelah kiri
pintu masuk tadi.
Sudah beberapa lama masuk ke dalam area kafe, saya baru menyadari ternyata kafe itu sepi
sekali. Mungkin karena sedang pandemi. Atau mungkin karena kami datang usai
senja. Dalam hati saya bersorak, “Baguslah sepi”. Jadi tak perlu parno mengingat ini masih masa
pandemi.
Kami seolah menyewa satu halaman kafe beserta ruang dalamnya
untuk kami sendiri. Serasa private dining
party! Belakangan saya diberitahu salah seorang staf kafe kalau tempat itu lebih ramai saat pagi hingga sebelum hari gelap.
Keluarga saya langsung memencar ke semua meja dan bangku
yang ada di halaman. Pot-pot bunga kecil dan tanaman herbs menghiasi sepanjang tembok pagar dan dinding kafe. Patung rusa, rumah burung, dan beberapa detil lain di rumah merah kecil membuat kami
heboh foto-foto.
Meski sudah malam, lampu berwarna kuning di halaman dengan
hiasan lampu-lampu gantung kecil cukup terang dan bikin foto jadi menarik. Rumah
kecil berpintu merah di pojok halaman, hanya mencapat cahaya lampu yang temaram, namun tetap cantik dalam foto malam hari. Hanya saja tanaman apa yang ada di kitchen garden halaman rumah kecil itu jadi tak begitu jelas terlihat.
Sementara yang lain meneruskan keinginan narsis dan eksis, saya
melongok ke dalam kafe, mencari pelayan. Melewati foyer, ada hiasan warna warni
menyambut di dekat pintu.
Di dalamnya, semacam toko kecil berkonsep health store menggelar macam-macam sayur
organik dan juga beberapa macam buah-buahan. Saya lupa ada buah apa saja saat saya datang.
Mandira’s Garden mengklaim mereka hanya memasak makanan dari bahan yang dipanen dari kebun organik mereka sendiri. Entah apakah semua bahan merupakan hasil tanam sendiri ataukah hanya sebagian saja. Mungkin apa yang mereka jual itu juga hasil panen mereka.
Memang kalau diulik dari foto dan video di akun instagramnya, Mandira’s Garden punya kebun sayuran dan bunga organik. Bunga
dan herbs dalam pot-pot kecil yang berjajar rapi di sepanjang tembok diluar itu
juga ternyata bisa dibeli.
Saat memilih menu makanan, seperti tujuan semula, saya
memesan nasi biru yang saya lihat di foto. Mandira’s Garden menyebut list menu
mereka sebagai ‘No Menu’ cafetaria, karena apa yang tercatat mungkin saja tidak
ada, yang tersedia biasanya disesuaikan dengan panen mereka.
Untungnya nasi biru yang jadi incaran sedang tersedia saat
itu. Sebenarnya ini semacam nasi rames, dengan lauk sayuran tumis, sayur segar,
dan 1 macam protein yang bisa dipilih apakah ayam goreng, ikan goreng atau
daging empal. Warna biru pada nasi berasal dari bunga Telang atau butterfly pea.
Waktu pesanan datang, penampakannya cantik, bikin acara foto
makanan jadi sedikit lebih lama, karena yang mau fotoin si nasi biru ini bukan
saya saja. Menu nasi biru telang pesanan saya dilengkapi empal goreng, urap, daun slada, tumis tempe buncis, bakwan, dan sambal. Sepotong kecil bunga telang jadi garnish sekaligus lauk. Saat dicoba, paduan si nasi biru dan lauk pauknya terasa pas, tak
mengecewakan.
Nasi bunga telang dan nasi goreng Mandira's Garden Kemang |
Ngomong-ngomong soal nasi biru yang diwarnai dari bunga telang, dalam bahasa Indonesia ternyata bunga telang memiliki beberapa nama atau sebutan. Menurut situs web Katadata.co.id, bunga telang:
Secara ilmiah dikenal sebagai Clitoria ternatea dan memiliki warna biru cerah yang khas. Tanaman ini memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah di Indonesia. Dalimartha dalam “Atlas Tumbuhan Obat Indonesia” menyebutkan, bunga telang dikenal sebagai bunga biru atau bunga kelentit di daerah Sumatera. Di Jawa, bunga telang disebut kembang teleng atau menteleng. Sedangkan di Sulawesi disebut bunga talang atau bunga temen raleng, dan di Maluku disebut bisi atau seyamagulele.
Source: Katadata.co.id 10 Manfaat Bunga Telang untuk Kesehatan Otak hingga Jantung
Selain nasi biru, kami juga pesan salad yang dihidangkan
dalam wadah semacam wajan kecil. Tentu saja ada bunga telang juga dalam salad ini. “ saladnya enak banget, puas deh makan sayur segar
sebanyak itu”, kata tante bungsu saya yang memang
sudah ‘ngidam’ salad dari beberapa hari sebelumnya.
Butterfly Pea Salad |
Untuk nasi rames lainnya, menu sayurnya sama saja dengan nasi biru, hanya pelengkapnya adalah ayam goreng. 6
Nasi bakarnya, kalau kata tante saya yang lainnya lagi, rasanya relatif standar. Tante saya yang satu ini memang pintar masak, sering masak nasi bakar juga, jadi mungkin nasi bakar kali ini kurang cocok di lidahnya.
Untuk melengkapi makanan kami tentu pesan minuman dong. Jus
kale pisang yang saya pesan, rasanya sedikit manis, mungkin pisang yang digunakan
memang yang jenis manis. Porsinya sedikit kalau untuk ukuran saya yang memang doyan minum jus atau green smoothies. Kalau jus bit, jus mangga dan lainnya di Mandiras's Garden rasanya seperti jus tanpa gula umumnya.
Yang istimewa adalah minuman teh telangnya atau butterfly pea ice tea. Saat datang,
gelas besar itu berisi cairan berwarna ungu tua. Ada gula cair di wadah kecil putih
dan sepotong jeruk nipis sebagai pelengkap.
“Nanti saat gulanya dicampurkan lalu ditambah perasan jeruk,
minuman ini akan berubah warna jadi biru”, jelas pelayan yang mengantarkan
pesanan.
Wah, kayak sulap dong? Kami langsung antusias mencoba. Dan
benar ternyata, begitu semua cairan itu dicampurkan ke dalam gelas, minuman berwarna
ungunya memudar menjadi biru. Kalau kalian penasaran bagaimana soal rasanya,
menurut sepupu saya yang minum, rasanya semacam teh tapi lebih enak.
Makanan lain yang kami pesan adalah Spaghetti Bolognese. Makanan
‘bule’ ini lumayan enak, kata si bocah yang tetiba berubah pikiran dari pengin nasi biru menjadi spaghetti
begitu ia melihatnya ada di menu.
Sebagai pelengkapnya kami juga coba kudapan yang
tersedia saat itu, yakni pisang goreng dan bakwan.
Ini semua juga rasanya enak. Meski harganya lumayan mahal untuk ukuran
gorengan.
Secara keseluruhan, Mandira's Garden ini cocok untuk nongkrong santai sore-sore dengan keluarga atau teman. Suasananya homey dan ada area indoor serta outdoor. Buat yang suka konsep healthy food atau from farm/garden to table, makanan sehat dari hasil kebun organik, tempat ini cukup recommended.
Sayangnya kami tak bisa lama-lama nongkrong di Mandira’s Garden. Kafe ini tutup jam 8 malam. Sebelum pulang saya sempatkan beli beberapa bungkus rempeyek kacang tanah dan sayuran organik. Per 250 gram sayur yang saya beli, harganya Rp17500,-.
Ketika saya mendekati kasir untuk membayar, beberapa potong pie apel glutten free di balik kaca konter makanan di sebelah kasir seolah memanggil-manggil,
minta turut dibawa pulang. Ah, sayang
sekali, kalian sedang tak beruntung wahai pie-pie apel cantik. Malam ini saya
sudah terlalu kenyang.
kemang memang banyak tempat hits dan kekinian
BalasHapusdan asyik banget ada olahan bunga telang yang punya khasiat
aku jadi pengen coba juga
tapi sayangnya di sini engga ada
Cateeeet duluuu :D. Aku sukaaaa tempat yg menjual makanan sehat begini mba, Krn memang sejak pandemi pun aku udah mulai menjaga pola makanm sesekali masih jajan, tapi palingan seminggu sekali. Udah lebih aware Ama masakan yg masuk ke tubuh :D. Cantiiik bangeet ini mah tempat nya. Tapi memang Kemang banyak sih tempat2 lucu begini. ❤️
BalasHapusDari dulu penasaran pengen makan nasi telang tapi belom kesampean. Ini tempat makannya bikin pewe ya, catet dulu aahh. Makasih infonyaa Kak
BalasHapus