Laporkan Penyalahgunaan

Arsip

Translate

1minggu1cerita
Blogger Perempuan

Pentingnya Vitamin D bagi tubuh, bisa terpenuhi gratis dari alam

2 komentar

 

Manfaat vitamin D bagi tubuh
 

Manfaat vitamin D, sudah diajarkan sejak dari masa sekolah. Rasanya kayak sudah cukup tahu soal pentingnya vitamin D ini. Tapi ternyata banyak yang belum saya tahu soal vitamin D. Misalnya, meskipun disebut vitamin, tapi ternyata vitamin D itu sejenis hormon lho. 

Karena kepo, 9 Mei 2021 lalu saya ikut webinar mengenai manfaat vitamin D yang diadakan oleh  Samasta Integrated Medical Center Jakarta.  

Judul webinar adalah Peran Vitamin D dalam Penanganan Kondisi Autoimun. Tak semua peserta webinar adalah penyintas autoimun, banyak juga yang sehat, termasuk beberapa dokter, karena penjelasan atau informasi dari webinar ini bisa diterapkan juga oleh orang dalam kondisi sehat.

Narasumber webinar ada dua, yaitu  Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD-KAI, seorang dokter ahli penyakit dalam terutama untuk Alergi Imunologi.  Dan Dr. dr. Stevent Sumantri DAA, SpPD, K-AI, yang juga seorang dokter spesialis Alergi dan imunologi. Kedua dokter ini sangat jelas dalam memberikan informasi dan tidak pelit ilmu, menjawab panjang lebar beberapa pertanyaan tertulis yang  diajukan oleh para peserta webinar.

Nah biar tidak lupa, beberapa poin dalam webinar tersebut saya tuliskan kembali di blog ini, ditambah beberapa informasi lain dari berbagai sumber. Siapa tahu besok-besok lupa, bisa dibaca lagi. Atau barangkali ada yang orang lain yang lagi cari informasi tentang manfaat vitamin D, siapa tahu bisa terbantukan dengan tulisan ini.

Ngomong-ngomong, sudah berjemur belum anda hari ini? Saya kebetulan sempat keluar berjemur meski cuma 5 menit pagi tadi. Tak bisa lama-lama karena kesiangan hingga sudah terlalu panas.  

Nah pasti sudah banyak yang tahu, vitamin D terbentuk secara alami ketika kulit terkena sinar matahari langsung. Sebagian besar kebutuhan vitamin D tubuh kita terpenuhi lewat paparan sinar matahari. 

Tapi tahu tidak, tinggal di negara tropis seperti Indonesia bukan berarti kita semua lantas cukup terpapar sinar matahari lho. Penyebabnya macam-macam, mulai dari yang kesiangan kayak saya tadi, atau bisa juga karena lebih banyak beraktifitas di dalam ruangan dari pagi hingga sore hari. Kapan sempatnya kena matahari? Padahal sinar matahari  sangat penting bagi kesehatan, karena membantu tubuh mendapatkan vitamin D.

Tak heran menurut data, banyak orang Indonesia yang mengalami kekurangan vitamin D. Gejala kekurangan vitamin D antara lain:

·       Nyeri pada tulang atau persendian

·       Rambut rontok

·       Susah tidur

·       Mudah lelah

·       Gangguan mood alias jadi lebih moody

·       Mudah sakit karena sistem imunnya menurun

Namun gejala-gejala diatas tidak spesifik merupakan gejala kurang  vitamin D saja. Agar lebih pasti sebaiknya melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar serum vitamin D dalam darah. Biasanya kebanyakan lab besar sudah jamak melakukan pemeriksaan ini. Tinggal bilang saja mau cek kadar vitamin D dalam tubuh.  

Saking pentingnya vitamin D, jika tubuh kekurangan vitamin ini maka bisa mengalami :

·       Osteoporosis

·       Diabetes

·       Gangguan kardiovaskuler

·       Depresi

·       Keganasan

·       Gangguan sistem imun

Lalu darimana kita memenuhi vitamin D tubuh? Selain dari sinar matahari, vitamin D  juga terkandung dalam beberapa jenis makanan, seperti jamur, kuning telur, serta ikan.

Namun kita seringkali bingung mengenai berapa lama dan kapan tepatnya harus berjemur matahari, atau berapa banyak makanan mengandung  vitamin D yang harus kita makan. Sehingga kerap jumlah vitamin D yang kita dapat tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Cara yang efektif untuk mengatasi ini adalah dengan mengkonsumsi suplemen vitamin D.

Dilansir dari situs Alodokter, jenis utama vitamin D adalah vitamin D2 dan vitamin D3. Vitamin D2 berasal dari tumbuhan dan makanan yang diperkaya vitamin D2 itu sendiri, sedangkan vitamin D3 berasal dari hewan. Kedua jenis vitamin ini tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, dan sirup.

Saya sendiri karena bertahun-tahun bekerja banyak shift malam, akhirnya jarang berjemur matahari. Suatu saat saya cek kadar vitamin D saya di laboratorium Prodia, dan hasilnya memang dibawah normal.

Saya dulu sering susah tidur dan mudah lelah, juga mudah pilek. Mungkin memang ada hubungannya dengan vitamin D yang kurang itu. Karena kurang, saya jadi perlu konsumsi suplemen vitamin D, tentunya setelah bertanya pada dokter ya.

Setelah beberapa lama minum suplemen vitamin D, levelnya sudah kembali normal. Saya juga lebih mudah tidur, tak mudah lelah dan jarang pilek sekarang.

Nah di musim pandemi ini vitamin D juga disarankan untuk dikonsumsi karena penelitian menunjukan orang dengan kadar vitamin D rendah biasanya lebih parah sakitnya jika terkena Covid-19.

Untuk orang  tanpa penyakit biasanya minum vitamin D sebagai suplemen saja sesuai dengan umur dan kondisi tubuh.

Untuk orang-orang yang jarang, tak boleh terkena sinar matahari  atau sensitif sinar matahari (misalnya penyintas autoimun) atau yang mengalami gangguan penyerapan, bisa jadi menderita defisiensi/insufisiensi vitamin D sehingga perlu suplementasi vitamin D dengan dosis besar sebagai terapi, namun sebaiknya dilakukan setelah konsultasi dulu ke dokter.

Kenapa vitamin D bisa jadi terapi bagi pasien gangguan imun, karena reseptor vitamin D itu tersebar di hampir seluruh bagian tubuh, termasuk sel-sel imun dan organ yang seringkali diserang  pada gangguan imun.

Nah vitamin D berperan pada keseimbangan imunitas sehingga kadar vitamin D yang cukup di dalam tubuh berhubungan dengan perbaikan gejala pasien autoimun atau bisa mengurangi keparahan.  

Rekomendasi dosis vitamin D untuk penyintas autoimun adalah 5000 iu (international unit) sampai mencapai kadar optimal, dilanjutkan dosis pemeliharaan 2000 iu/hari. 

Namun apakah minum vitamin D dalam dosis besar atau dalam  jangka waktu lama itu aman? Sejauh ini vitamin D disebut memiliki rentang keamanan yang cukup luas, dengan NOEL (No-Observed-Adversed-Effect-level) adalah 10.000 iu/hari. Biar lebih mantap dan tidak was-was bisa ditanyakan lebih lanjut dengan dokter atau tenaga kesehatan ya.

Apakah vitamin D bisa dibeli bebas? Untuk yang dosis kecil, biasanya bisa dibeli bebas di apotik bahkan di toko-toko online atau e-commerce. Namun untuk dosis besar biasanya membutuhkan resep dokter. Oya, minum vitamin D sebaiknya dekat dengan jam makan, atau dengan sesuatu yang mengandung lemak, karena vitamin ini larut dalam lemak.

Nah setelah mengkonsumsi suplemen vitamin D, sebaiknya juga melakukan pemeriksaan lab ulang setiap 3 hingga 6 bulan sekali dari pemeriksaan awal, agar dosis vitamin D bisa disesuaikan dengan kondisi terbaru tubuh.

Menurut  situs Klikdokter, Vitamin D adalah salah satu jenis vitamin yang ditemukan pada abad ke-20.  Hampir semua atau 90 persen vitamin D (dalam bentuk vitamin D3) dapat diproduksi oleh tubuh kita sendiri, dengan bantuan sinar matahari. Hanya 10 persen kebutuhan vitamin D (dalam bentuk vitamin D2) yang diperoleh dari makanan.

Ini sebabnya dalam webinar kemarin dokter Steven menekankan, untuk orang sehat terutama bagi anak anak yang sehat, sebaiknya vitamin D diperoleh dari sinar matahari, dengan banyak beraktifitas diluar ruangan.

Tidak perlu lama-lama berjemur, hanya dibutuhkan waktu sekitar 10 menit berjemur di bawah sinar matahari pada pagi hari atau sore hari, akan membuat tubuh kita bisa memproduksi vitamin D dengan kadar yang cukup, bahkan bisa lebih banyak dari vitamin D yang didapat dari minum susu.

Nah mengingat pentingnya peran vitamin D bagi kesehatan kita, jika tak sensitif pada sinar matahari, sebaiknya kita usahakan rajin berjemur di pagi hari. Mumpung kita tinggal di daerah tropis yang tak kekurangan sinar matahari.

 

Pesiarsiar
Yumi, tukang pesiar yang suka menulis, membaca, menonton film dan bikin video. Potterhead garis keras. Alumni kampus biru Yogyakarta. Sekarang tinggal di Jakarta. Kemana-mana kalau bisa lebih pilih naik kereta. Suka warna senja.

Related Posts

2 komentar

  1. Tambahan informasi, Sinar Matahari saat ini, yang terbaik bukan lagi dibawah jam 9 pagi. Tetapi pada jam 9-10 pagi, dibawah itu bisa menyebabkan kangker kulit, terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul sekali Kak Jorgie. Jam berjemur harus diperhatikan juga. Terima kasih

      Hapus

Posting Komentar