Banten adalah surganya wisata air
terjun. Banyak air terjun indah yang ada di provinsi Banten. Diantaranya adalah
Curug Gendang dan Curug Putri Tahura
yang berada di Kabupaten Pandeglang Banten. Kedua curug ini sekarang telah menjadi
tujuan wisata favorit di Pandeglang. Apalagi curug Putri karena ada spot yang disebut the little grand canyon atau kadang ada yang menyebutnya the little green canyon disana.
Lokasi curug Putri Tahura Banten berada di Kawasan Wisata Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, provinsi Banten. Tahura merupakan singkatan dari Taman Hutan Raya. Curug Putri memang terletak di area taman hutan raya lereng pegunungan yang tidak jauh dari pantai Carita.
Saya ingin banget bisa kesana liburan lebaran ini. Tapi berhubung tahun 2021 ini masih pandemi dan belum boleh berwisata, terutama saat musim liburan yang rawan padat warga, saya cuma bisa lihat-lihat foto dan video liburan jaman sebelum pandemi.
Sekalian saya mau cerita kilas balik saat saya wisata ke Curug Gendang dan curug Putri beberapa tahun lalu.
Lokasi kedua curug ini terletak sekitar 25 kilometer dari pusat kota Pandeglang. Tidak terlalu jauh dari pantai pasir putih Carita banten.
Ke lokasi wisata alam ini butuh waktu 30 menitan dari pusat kota Pandeglang. Buat yang membawa mobil dapat memarkirnya di parkiran area sekitar pantai. Kami waktu itu memarkir mobil di depan rumah penduduk tak jauh dari jalan raya besar.
Perjalanan akan dilanjutkan sejauh 5 kilometer dg naik kendaraan roda dua, kira-kira 10 menit jika berjalan kaki.
Sesampainya di pos masuk sekaligus area parkir roda dua, kita harus membayar dulu untuk masuk. Saya agak lupa berapa biaya waktu saya datang dulu, kalau tidak salah 30 ribu per orang, tapi tahun 2020 lalu biayanya sudah sekitar 50 ribu per orang sudah termasuk pemandu dan pelampung.
Sejak memasuki jalan setapak menuju curug Gendang, kami ditemani oleh pak Atep Dono, Pemandu Taman Hutan Raya Carita. Enaknya menggunakan pemandu adalah:
- Kita tak khawatir nyasar,
- Perjalanan lebih cepat,
- Bisa diberitahu spot-spot foto yang indah dan bisa bantu fotoin kita *penting,
- Dapat banyak informasi dan cerita.
Pemandu kami Pak Atep banyak bercerita mengenai kondisi alam dan sejarah budaya di sekitar tahura Carita Banten ini. Jadi selama melanjutkan perjalanan berjalan kaki melalui lika liku jalan setapak di tengah hutan, kita bisa bertanya atau mendengarkan cerita seputar lokasi wisata ini.
Jalan setapak yang kami lalui kecil saja, lebarnya sekitar 1 meter. Di beberapa bagian lebarnya bahkan hanya setengah meter. Dan banyak bebatuan, serta kadang ada akar pohon melintang di tengah jalan setapak.
Berjalan kaki menikmati pemandangan hutan jurang dan tebing dengan udara yang sejuk tentu menjadi sebuah keistimewaan tersendiri.
Suara binatang hutan termasuk burung menambah indah perjalanan. Belakangan saya baru tahu, jika di tahura ini juga bisa jadi area pengamatan burung. Bahkan pertengahan Desember 2020 lalu kawasan Tahura Carita Banten juga dihebohkan dengan munculnya seekor Macan Kumbang hitam dan sempat direkam oleh warga menggunakan kamera telepon genggam. Untung saya tak ketemu Macan Kumbang saat kesana, bisa kalang kabut panik saya.
Nah bagi yang terbiasa berjalan di hutan atau terbiasa hiking, naik gunung dan sebagainya, mungkin perjalanan ke curug Gendang ini cuma akan memakan waktu 10 menit. Tapi waktu saya pergi kesana dulu, perjalanan rombongan kami yang membawa anak-anak ditempuh kurang lebih 30 menit hingga sampai di Curug Gendang.
Air terjun atau Curug Gendang Banten ini berada di ketinggian 170 meter di atas permukaan air laut. Secara historis, Curug Gendang sendiri berasal dari Bahasa Sunda. Curug yang berarti air terjun dan "gendang" yang berarti alat musik tradisional sunda yang dimainkan dengan cara ditabuh seperti halnya drum pada musik modern.
Curug Gendang sendiri pada awalnya dinamakan Curug Citajur. Mungkin karena suara gemericik airnya seperti gendang, alat musik tabuh yang dimainkan dengan tangan kosong, maka masyarakat setempat kemudian menyebutnya dengan nama Curug Gendang.Namun ada versi mistis di balik nama Curug Gendang ini. Menurut pak Atep Dono, kabarnya pada malam malam tertentu yang sepi, warga sekitar beberapa kali mendengar alunan musik semacam gendang yang berasal dari curug ini dan terdengar hingga ke kampung. Juga ada larangan menurut budaya setempat atau kata "orang dulu" selama berada disini, seperti duduk jangan di catang, makan harus ditaruh bukan dipegang karena kalau tidak bisa terlempar makanannya, semacam "ditumpahkan".
Saya sendiri sama sekali tak merasakan aura mistis selama perjalanan ke curug Gendang. Yang saya ingat, waktu saya pergi kesana beberapa tahun lalu, daerah aliran sungai di sini tampak agak rusak dengan pepohonan yang sudah tumbang. Bahkan terlihat tanah longsor yang selain mengakibatkan rusaknya aliran sungai juga membahayakan bagi wisatawan dan warga sekitar.
Namun belakangan dari video-video yang berseliweran di media sosial, saya lihat kondisi terakhir kawasan ke curug Putri sudah lebih hijau dan rimbun dan makin indah dibanding saat saya datang kesana tahun 2017 lalu.
Oya, meski indah, karena untuk mencapainya harus berjalan cukup jauh melewati medan yang lumayan terjal dan licin, pemandu saat itu mengingatkan agar orang yang punya penyakit tertentu seperti epilepsi, jantung, atau takut ketinggian sebaiknya tak memaksakan diri untuk berwisata ke curug Gendang dan curug Putri ini.
Dari Curug Gendang selanjutnya saya meneruskan perjalanan ke curug Putri. Saya dan rombongan harus berjalan selama sekitar sepuluh menit dengan jalur landai tepian sungai ke arah hulu, hingga tiba di pos pemandu. Di sini ada tempat beristirahan lengkap dengan penjual makanan dan kamar mandi. Kita bisa berganti pakaian yang disiapkan untuk berbasah-basah dan menitipkan barang barang.
Selanjutnya ditemani oleh pemandu kita harus berjalan lagi melewati aliran sungai air. Perjalanan melewati bebatuan sungai cukup licin dan rawan terpeleset hingga harus hati-hati. Usahakan memakai sepatu atau sandal beralas karet agar tak terlalu licin. Bisa juga melepas alas kaki dan berjalan tanpa alas kaki. Setelah sekitar sepuluh menit, tibalah kita di titik mulainya aliran sungai dengan tebing vertikal di kanan kirinya.
Untuk perjalanan ini kita harus menggunakan pelampung. Karena selain berjalan kaki menapaki dasar sungai, pada beberapa bagian sungai kita harus melaluinya dengan cara berenang.
Di jalur sungai ini disediakan juga tali untuk berpegangan selama melewati aliran air yang dalam.
Meski lumayan mengeluarkan keringat dan lelah, semua akan terbayarkan saat sampai di lokasi yang disebut the little grand canyon ini.
Ya dijuluki the little grand canyon tahura Banten karena keindahan curug ini yang berada di antara tebing batu tinggi dan berkelok-kelok dan airnya airnya mengalir melalui celah dua tebing. Keindahan bentuk lapisan lapisan batu di sisi sungai menambah sensasi petualangan alam yang luar biasa.
Jadi ini tips kalau mau wisata ke Curug Putri dan Little Grand Canyon Tahura Carita Banten:
- Siapkan fisik karena harus jalan kaki cukup jauh dari parkiran. Mending tak usah dipaksakan kalau punya penyakit berat
- Pakai alas kaki yang nyaman dan anti selip
- Lebih aman gunakan pemandu setempat
- Siapkan baju ganti karena sampai Curug Putri dan little grand canyon pasti basah harus berenang pakai pelampung
- Kalau Hp atau gadget yang mau dipakai tidak anti air atau tahan air siapkan pelindung plastik dan semacamnya. Saya dulu Hp dimasukan plastik bertali, dijual di gazebo dekat curug
- Siapkan cemilan dan air minum
- Selama pandemi Prokes selalu diingat dan dilakukan.
Aku jarang liburan ke wilayah Jawa Barat. Tapi menarik banget nih cerita tentang curug putri. Bisa jadi referensi kalau mau liburan di Jawa Barat.
BalasHapusMakasih. Iya ini seru, ke lokasinya lumayan menantang perjalanannya.
Hapus