Meski akhirnya boleh menginap juga, kami tak luput dari omelan si ibu pemilik hotel. Sesudah lama mengomel dalam bahasa italia, barulah si ibu membawa kami ke kamar yang tersedia, menyiapkan handuk, jatah air minum dan snack kami.
Si ibu rupanya tipe yang tangan dan mulutnya seirama, jadi sambil tangannya bekerja, ia tak henti berbicara dalam bahasa Inggris patah patahnya. "Is OK. I'm not mad. But I wish you tell me if you'll be late. This is Easter, you know, I want to be with my family, but work is work. I understand. It's my risk." Lalu ia menghadap ke suaminya yang berdiri di dekat kami dengan sopan, dan kembali mengomel dalam bahasa Italia.
Saya tak bisa bahasa Italia, darimana saya tahu ia sedang mengomel? Well, ekspresi wajahnya yang tegang sedikit mendelik dan tanggapan si bapak yang seolah menenangkan, cukup jelas memberi kesan.
Rasanya persiapan kamar itu berlangsung lama sekali, apalagi saat si ibu menerangkan cara pemakaian wifi hotel yang njelimet dan obyek wisata apa sekitar hotel yang dapat kami tempuh dengan berjalan kaki. Padahal tadinya kami bertanya hanya basa basi, sekedar agar ia berhenti mengomel.
Ketika akhirnya si ibu dan bapak pemilik hotel keluar, kami berdua langsung menghempaskan diri ke tempat tidur. Tertawa-tawa kami mengenang kejadian lucu ini. Jauh jauh ke Roma, hanya untuk diomeli orang Italia.
Paham 'pembeli adalah raja' rupanya tak berlaku malam ini. Padahal, bayar hotel yang mengkategorikan diri sebagai hotel budget ini tetap tak terasa murah bagi kami. Untunglah mandi air hangat di kamar mandinya yang beraroma vanilla cukup menyegarkan dan bisa menghantar kami ke tidur lelap.
Posting Komentar
Posting Komentar