Ini cerita saat saya menginap di hotel Besar, Purwokerto, Ramadan dua tahun lalu. Mungkin belum banyak yang tahu kalau hotel Besar yang terletak dekat pasar Wage Purwokerto ini adalah hotel tertua di Purwokerto, karena dibangun pada tahun 1930 lalu.
Nah kenapa saya tiba-tiba teringat sama hotel Besar, mungkin karena saking kangennya pesiar-pesiar keluar kota akhirnya saya bongkar-bongkar album di google photos, dan ketemulah foto saat liburan ke Purwokerto jelang lebaran tahun 2019 lalu.
Kami saat itu memilih menginap di hotel besar karena tertarik dengan kisahnya sebagai hotel tertua di Purwokerto. Hotel Besar yang sudah berdiri hampir seratus tahun ini juga ternyata merupakan bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya.
Dari luar hotel Besar tampak biasa saja, dengan halaman yang luas hingga lebih mirip rumah-rumah besar di Jakarta. Gaya bangunannya berlanggam Indische, yang populer pada saat hotel besar dibangun pada tahun 1930 dulu, dengan pintu yang tinggi dan jendela jendela besar dan tinggi.
Memasuki ruang depan tempat resepsionis, ada sebuah lemari kayu kaca dan jejeran pakaian batik yang tergantung gantungan kayu di sebelahnya. Foto-foto para pemilik hotel Besar dulu terpajang disini. Ada foto Nyonya The Shia (1870 – 1952), yang bersama suaminya, Tuan The Shia, membangun hotel ini. Mereka tadinya berprofesi sebagai pedagang jamu di Purwokerto.
Melewati selasar yang ada beberapa kamar, kita akan memasuki ruang tengah sekaligus ruang duduk. Ruangan ini cukup terbuka dan dihiasai meja dan kursi-kursi kayu model klasik. Dari ruangan ini juga terlihat taman di tengah hotel yang relatif luas. Serta selasar beserta beberapa kamar di bagian kanan kiri yang mengapit taman. Dengan luas 5000 meter persegi, hotel ini terasa cukup lega. Dan memang termasuk besar di jamannya dulu.
Tadinya saya sempat khawatir kamar mandinya bakal “beraroma tua” juga. Tapi ternyata kamar mandinya cukup bagus, relatif baru dan yang terpenting adalah bersih. Di dalam kamar mandi ada shower, toilet duduk dan wastafel putih bersih. Sebuah tempat sampah kecil diletakan di dekat pintu kamar mandi.
Kalau
bosan di kamar, kami duduk mengobrol di kursi depan kamar. Suasananya nyaman
dan tenang, mungkin karena saat itu hotel relatif sepi, tak banyak yang
menginap saat kami disitu.
Di salah
satu bagian dinding hotel dekat ruang tengah, ada papan bertuliskan Hotel Besar Family yang penuh
tempelan kertas koran, foto dan macam-macam keterangan. Bentuknya mirip dengan Mading
atau majalah dinding jaman sekolah. Salah satu kertasnya menceritakan sejarah
atau kisah hotel Besar dan para pendirinya.
Esok paginya kami sarapan di ruang makan hotel yang ternyata merupakan bangunan tersendiri di bagian kanan hotel. Ini bangunan baru dan isinya cuma ruang makan seperti restoran. Makanannya saat itu nasi goreng dan cukup enak.
Setelah sarapan kami sempat jalan keliling halaman belakang hotel. Ternyata ada kolam renang cukup besar di belakangnya. Sepertinya ada rencana perluasan hotel dan pembangunan sarana baru namun saat itu (2019) belum selesai. Saya yakin tak banyak tamu hotel yang tahu kalau di bagian samping kiri belakang hotel ini ada kolam renangnya (meski sepenglihatan saya tampaknya kolam renang itu memang belum digunakan).
Belakangan pas mau pulang saya baru memperhatikan, di meja resepsionis ada semacam plakat yang menunjukan kalau hotel Besar Purwokerto pernah mendapatkan penghargaan Traveloka Hotel Awards tahun 2018 kategori Best Guest Experience in Service Value.
Menurut pengurus hotel, kebanyakan tamu di hotel ini dulunya adalah para salesman, namun sekarang sudah lebih banyak para pekerja kantoran, keluarga, atau wisatawan rombongan.
Kalau ingin merasakan menginap dengan suasana hotel klasik jaman dahulu, hotel Besar Purwokerto ini bisa jadi pilihan. Sebagai cagar budaya, memang arsitektur bangunan masih dipertahankan seperti bangunan jaman Belanda. Namun untuk service, bagian dalam kamar dan isinya sudah diperbaharui mengikuti jaman.
Mungkin bagi yang penakut, melihat hotel tua dan antik semacam ini mungkin bakal bikin keder dan mundur. Namun saya sendiri tak mendapat kesan menakutkan sama sekali selama menginap disini. Hotelnya terang benderang kog. Juga adem, jadi rasanya semacam pulang ke rumah eyang deh.
Kalau bagi penyuka bangunan tua atau sejarah, hotel ini pasti menarik banget untuk dikepoin dan dicoba saat liburan atau wisata ke Purwokerto. Kapan lagi kan bisa merasakan menginap di dalam suatu bangunan cagar budaya?
Letak hotel yang terhitung di tengah-tengah kota Purwokerto, di jalan Jenderal Sudirman no 732, pinggir jalan persis, cukup mudah untuk ditemukan. Lokasinya cukup dekat dari mana-mana. Bagi yang suka blusukan ke pasar tradisional, di dekat hotel ada pasar Wage, pasar utama di kota Purwokerto. Sementara di sebelah kiri hotel ada toko roti Go. Ini toko roti yang sudah berdiri puluhan tahun, bahkan mungkin yang tertua di Indonesia. Toko roti Go ini akan saya ceritakan di artikel berikutnya ya.
Posting Komentar
Posting Komentar